Skip to main content

Jalan Tak Berujung

Sekali sekali mau nge-post cerpen deh. Ini dia cerpen misteri pertama gue. Cerpen yg jadi idola banyak kawan *halah* di sekolah. Judulnyaaaaaaa ya itu judul postingnya -_- Udah pernah masuk majalah sekolah looohh XDD Aksara yg terbit waktu bagi rapot ganjil thn ajaran 2010-2011. Yg di dalemnya ngebahas Afandi Charles juga *promosi* Oke langsung aja. Cekidot!
-ran



Kenapa orang tua selalu membuat larangan - larangan aneh dan ngga jelas untuk anak – anaknya sih? Sehari aja tanpa larangan, mungkin hari itu akan dirayakan oleh seluruh anak - anak di dunia. Hari itu akan jadi hari libur se-Dunia. Mungkin.

Bip Bip Bip...
Bunyi pager menghamburkan lamunanku. Hem, saatnya ke rumah Pras, batinku. Dengan segera aku keluar dari kamar, berlari menuruni tangga menuju garasi. Kukayuh sepeda secepat kilat, meninggalkan rumahku. Mama yang sedang menyapu halaman, hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkahku.
***

"Oke. Jadi, apa rencana kita?" tanya Egy mengawali pembicaraan.

"Ada cerita baru nih. Itu rencana kita. Kita buktikan cerita itu benar atau salah." sambung Pras.
"Ada cerita apa?" tanyaku heran. "Tapi jangan yang aneh - aneh lagi ya." lanjutku.
"Kalian tau kompleks Whiils 'kan?" tanya Pras pada kami. Kami hanya mengangguk. "Di kompleks Whiils itu, ada satu jalan namanya jalan Quox. Katanya, kalau kita lewat jalan itu jam 3 pagi, kita akan tersesat dan berputar – putar di situ aja. Makanya jalan itu selalu sepi kalau sudah diatas jam 12 malam."
"Oke kalau begitu nanti malam kita akan coba lewat jalan itu. Kumpul di taman kota jam setengah 3. Jangan lupa bawa perlengkapan kita." sahut Egy.
"Roger! Sekarang kita pulang, yuk!" kataku sambil mengedipkan sebelah mataku.
***

              Sekarang pukul setengah 3 pagi. Aku mengendap - endap keluar rumah. Tak kubawa sepedaku. Egy bilang, kita harus berjalan kaki agar tidak menimbulkan kegaduhan dan tidak membuat orang curiga. Untuk apa anak usia 11 tahun bermain di luar saat tengah malam begini?


"Maaf, maaf. Aku lama ya?" tanyaku pada Pras dan Egy. Kulihat wajah mereka sudah kusut.
"BANGET!!!" teriak Pras.
"Hush! Jangan teriak – teriak, nanti ada yang denger." Egy mengingatkan kami. "Yuk, jalan."

              Kami sudah berada di kompleks Whiils. Lampu jalan di sini kelihatan remang - remang. Untung kami membawa senter. Terlihat oleh kami jalan Quox di depan. Pras dan Egy mempercepat langkahnya. Namun langkahku terhenti. Kuseka keringat di dahiku. Kakiku mulai gemetar. Nafasku terasa berat. Ternyata, aku tak seberani Pras dan Egy."Kenapa berhenti? Ayo Tyo, cepetan." kata Pras sambil menarik lenganku, memaksa untuk ikuti mereka. Jalan Quox begitu sepi. Tak ada lampu jalan di jalan ini. Hanya ada lampu halaman beberapa rumah. Kami terus menyusuri jalan ini. Semakin lama penerangan semakin sedikit. Lalu, tiba - tiba saja semua menjadi gelap.

"E..e..ehh, nyalain senternya dong! Gelap nih." kataku gemetaran.
"Sabar,sabar… ini lagi dicoba." kata Egy sambil mengutak - atik senternya. Ketika senter menyala, sekeliling kami telah berubah menjadi jalan setapak di tengah hutan. Kami semua saling berpandangan, berharap ada kata keluar dari mulut kami.

"Kok, jadi begini sih?" tanyaku pada Pras dan Egy. Mereka saling berpandangan. Sepertinya, sejak awal memang ada sesuatu yang disembunyikan dariku.

"Jangan - jangan, ini yang disebut jalan tak berujung." jawab Pras ragu - ragu.
"HAH?! Jalan tak berujung?!" seruku kaget.
"Iya. Kayaknya kita harus lari deh."

              Pras dan Egy menarik lenganku. Kami meninggalkan barang bawaan kami begitu saja. Kami pun berlari sekencang - kencangnya. Namun, kami tetap tidak bisa keluar dari jalan itu. Pras dan Egy berlari jauh di depanku. Aku sendiri tertinggal dibelakang. Coba kalau ada mama. Huuh... 

Karena terlalu lelah, aku berhenti sejenak untuk beristirahat. Aku tidak bisa merasakan kakiku lagi. Beberapa detik kemudian aku jatuh. Pingsan. Saat aku membuka mata, aku berada di suatu tempat. Dimana aku tak tahu tempat itu. Dimana aku tak tahu kapan akan kembali.
***

"Hey! Mana Tyo?" seru Egy tiba - tiba membuat Pras kaget. Mereka menoleh kebelakang bersamaan. Kosong.

"Tyo ketinggalan!" jerit Pras dan Egy bersamaan.
"Sekarang gimana?" tanya Egy.
"Tenagaku mulai habis. Kita istirahat dulu aja. Setelah itu baru kita kembali menjemput Tyo." jawab Pras pasrah.
              Pras dan Egy duduk bersandar di bawah sebuah pohon besar. Angin malam yang dingin berhembus pelan, membuat nyali kedua anak itu mulai menciut. Karena Tyo, mereka masih bertahan di hutan itu. Mereka bertekad untuk menemukan sahabat mereka itu. Pras dan Egy sudah terkantuk - kantuk saat tiba - tiba muncul setitik cahaya. Seperti cahaya sepasang mata yang sedang memperhatikan mereka. Semakin lama, cahaya itu bertambah banyak. Terdengar pula suara lolongan serigala yang saling sahut - menyahut.

"Apaan tuh?" tanya Pras yang mulai menyadari kehadiran ‘makhluk lain’ disekelilingnya.

"Sepertinya binatang - binatang aneh penghuni hutan ini. Mungkin mereka terganggu oleh kehadiran kita yang tiba – tiba." jawab Egy sambil terus memperhatikan cahaya - cahaya itu. "Cepat kita harus pergi dari sini." lanjutnya lagi sambil menarik lengan Pras. Mereka pun pergi menjauhi tempat itu.
***
              Aku terbangun dan mendapati diriku sudah terbaring di bawah sebuah pohon besar. Kulihat sekeliling. Masih di hutan yang sama. Aku tak tahu siapa yang memindahkanku ke sini. Mungkinkah di tempat seperti ini ada orang lain selain kami bertiga? Pertanyaan yang aku sendiri pun tak tahu harus menjawab apa. Kucoba bangkit, tak ada rasa sakit ditubuhku. Mungkin tadi aku hanya kelelahan saja. Kuputuskan untuk terus berjalan. Siapa tahu di tengah perjalanan nanti aku bertemu Pras dan Egy. Pikirku menghibur diri.

              Jalan setapak ini benar - benar lurus. Tanpa belokkan, pertigaan, atau pun perempatan. Hanya jalan setapak kecil dari batu, yang dikelilingi oleh pepohonan lebat nan tinggi. Cahaya bulan remang - remang karenanya. 

Aku sudah mulai putus asa ketika kulihat seberkas cahaya di ujung sana. Semakin aku berjalan mendekat, cahaya itu semakin terang. Mungkin inilah akhir dari perjalananku yang melelahkan. Aku berharap bisa segera bertemu Pras dan Egy lalu kembali ke rumah. Dengan bersemangat aku berlari menyongsong cahaya tersebut. Apa yang ada dibalik cahaya itu, tak pernah terbayangkan sebelumnya olehku. Tak dapat kupercayai pengelihatanku. Seketika aku menjadi lemas. Aku pun jatuh terduduk.

              Ternyata aku belum juga keluar dari tempat antah-berantah ini. Mungkin sekarang aku tidak lagi berada di hutan penuh pohon lebat. Kini aku berada di tempat yang penuh dengan rumpun bambu dan padang rumput hijau. Keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Namun tetap saja membuatku takut. Takut tidak bisa kembali ke rumah. Mama...

Kuputuskan untuk meneruskan perjalananku. Semakin lemas saja tubuhku ini. Mungkin karena aku berjalan terlalu jauh. Padahal tadi aku sempat beristirahat sebentar. Atau karena aku belum makan? Mungkin saja. Pandanganku pun mulai kabur. Dan tiba-tiba saja aku terjatuh. Sebelum pingsan, aku sempat melihat seseorang mendekatiku, berusaha menggendongku. Dan akhirnya aku pun pingsan untuk yang kedua kalinya.
***

"Oke Pras, kita istirahat di sini aja." kata Egy. Pras mengangguk.

Pras dan Egy kelelahan berlari. Sedari tadi mereka dikejar-kejar oleh segerombolan makhluk-makhluk aneh. Hewan-hewan penghuni negeri antah-berantah ini. Pikir Egy.
Baru sebentar mereka beristirahat, suara lolongan itu kembali terdengar. Suaranya semakin mendekati Pras dan Egy. "Lagi?" gumam Egy yang disambut desahan nafas panjang oleh Pras. Pras bangkit dari duduknya, seraya menarik tangan Egy. Mereka kembali berlari. Terlihat oleh Egy wajah Pras yang pucat. Keringat bercucuran dari dahinya. Nafasnya tersengal-sengal.

"Kamu baik-baik aja, Pras?" tanya Egy. Pras terdiam. Lalu Egy memutuskan untuk berhenti berlari. "Asmamu kambuh Pras!" seru Egy tiba-tiba.

"Maaf, kayaknya aku ngga kuat lagi. Cepat lari, hewan-hewan itu akan segera mengejar kita. Biarkan aku di sini." jawab Pras yang kemudian jatuh terduduk.
"Yang bener aja. Aku ngga akan tinggalin kamu di sini. Ayo kita lari sama-sama. Aku bantu." sahut Egy cepat. Egy membantu Pras berdiri kemudian membopongnya. Lalu mereka mulai berlari lagi menjauhi tempat itu.
***

              Kubuka mataku perlahan. Sakit. Kupegang kepalaku, ternyata ada kain putih yang membungkusnya. Mungkin tadi aku terbentur saat jatuh pingsan lagi. Kulihat sekeliling. Bukan tempat yang tadi. Di sini ada kasur, lemari, serta meja belajar. Semuanya terbuat dari kayu yang sangat sederhana. Jendelanya tertutup tirai berwarna biru. Ini seperti kamar, batinku. Aku mulai ingat, sebelum aku benar-benar pingsan tadi, ada seseorang yang mencoba menggendongku. Mungkin orang itu yang menolongku dan membawaku ke sini.

"Sudah sadar ya?" tanya seseorang di ambang pintu. Dia masuk dan memberiku secangkir teh. Kuperhatikan dia baik-baik. Mata birunya indah sekali. Hidungnya mancung, kulitnya putih. Giginya terlihat berderet rapi di dalam mulutnya yang mungil saat dia tersenyum. Rambutnya yang kecoklatan, membuatnya semakin mirip dengan seseorang yang sangat kukenal. Tapi siapa? Aku tersentak kaget saat aku menyadari, bahwa dia mirip ..... aku! Hanya matanya saja yang berbeda. Matanya berwarna biru sedangakan mataku berwarna hitam. Dengan segera kutegakkan posisi dudukku, bersandar pada dinding. "Kamu ...." kata-kataku terpotong saat aku melihat dia lagi-lagi tersenyum.
"Tempat apa ini?! Siapa kamu?!" teriakku lantang.
"Ryo" jawabnya sambil tersenyum lagi.

"Ryo?" tanyaku. Anak itu mengangguk.

"Cepat cari teman - temanmu lalu pergilah dari sini." katanya sambil membantuku berdiri. "Hari mulai gelap, bahaya kalau kalian tetap di sini." lanjutnya lagi.
"Memangnya kami harus ke mana? Kami tak tau tempat apa ini. Kami tersesat di sini." jawabku lemas.
"Ikuti kata hati kalian." jawabnya lalu menghilang di balik pintu.
Dengan segera aku keluar dari rumah itu. Mencari Pras dan Egy. Aku memilih berjalan ke arah kanan. Karena jalan di sana agak gelap. Mungkin saja Pras dan Egy masih tertinggal di belakangku dan mungkin saja mereka akan muncul dari sana. Begitu kata hatiku.
Dari kejauhan kulihat dua sosok sedang berjalan ke arahku. Hanya siluet mereka saja yang terlihat. Matahari yang bersinar menyilaukan membuatku makin sulit mengenali dua sosok tersebut. Sepintas kulihat mereka berlari ke arahku.
***

              Pras dan Egy sudah berlari jauh dari kawanan makhluk - makhluk aneh itu. Mereka berjalan tertatih - tatih, dengan nafas yang tersengal - sengal karena terlalu lama berlari. Terlihat seseorang di kejauhan berjalan ke arah mereka, ketika mereka berniat untuk beristirahat.

"Kau lihat itu Pras?" tanya Egy.
"Hem?"
"Seperti ada bayangan seseorang menuju ke sini." jelas Egy kemudian.
"Ya aku melihatnya. Ayo kita mendekat, Gy" ajak Pras seraya menarik tangan Egy.
Mereka memutuskan untuk terus berjalan, memastikan siapa orang yang berjalan ke arah mereka. Makin dekat jarak antara orang tersebut dengan Pras dan Egy, terlihatlah siapa orang itu. Mereka pun berlari sambil meneriakkan namanya.
"Tyoooooooooooooooooooooo!" terdengar mereka meneriakkan namaku. Mataku menyipit, terlihat olehku sosok Pras dan Egy yang sedang berlari. Mereka kembali!
Aku berhenti ketika mereka mulai mendekat. "Kutemukan kau!" seru Egy sambil menepuk bahuku.
"Hey, aku yang menemukan kalian. Kalian menghilang begitu saja." jawabku.
"Hahahaha… Maaf, mungkin kami berlari terlalu cepat." Pras angkat bicara. "Dahimu kenapa Tyo?" tanya Pras saat melihat dahiku terbungkus perban.
"Ini?" tanyaku sambil memegangi dahiku. "Ceritanya panjang, nanti akan kuceritakan. Sekarang lebih baik kita segera pergi dari sini. Sebelum hari makin gelap."

              Tiba - tiba saja tanah yang kami pijak mulai bergetar. Getaran hebat membuat tanah di sekitar kami tebelah, membentuk seperti jurang yang sangat dalam. Pras pun terperosok ke dalamnya. Tanpa komando, Egy memegangi tangan Pras.

"Bertahanlah, Pras!" seru Egy. Namun, tanah yang terus berguncang membuat Egy ikut terperosok ke dalamnya. Segera kuraih tangan Egy.
"Lepaskan kami Tyo! Kami terlalu berat, kamu tak akan kuat. Kamu bisa terjatuh!" seru Pras.
"Iya! Cepat lari selamatkan dirimu!" tambah Egy.
"Aku tak akan meninggalkan kalian. Biarkan saja aku jatuh bersama kalian." jawabku mantap.
              Tanah yang kupijak pun akhirnya tak sanggup menahan beban kami. Tak bertahan lama, aku pun ikut terjatuh."Whooooooaaaaaaaaaaaa!"
***

              Aku mulai sadarkan diri. Sayup - sayup kudengar namaku di panggil.

"Tyo, ayo bangun! Anak - anak, cepat bangun! Kenapa kalian tidur di sini?" katanya.
Kubuka mataku perlahan, semuanya tampak terang. Aku mengerjapkan mata.
"Mama?"
"Kenapa kalian tidur di sini?" tanya mamaku.
"Ini di mana?" aku balik bertanya.
"Di rumah, sayang. Kenapa kalian tidur di sini? Daritadi kalian berteriak - teriak heboh sekali."

              Aku, Pras, dan Egy berpandangan bingung. Seketika tawa kami pun meledak. Mama hanya terheran - heran melihatnya. Kami pulang!

Semua mimpi atau nyata? Kami tak bisa membedakannya. Yang terpenting sekarang kami sudah kembali. Petualangan kami pun berakhir. Petulangan yang mempererat persahabatan kami. Petualangan yang sangat berharga bagi kami. Egy, Pras, dan aku sendiri, Tyo.

-Selesai-

Comments