Selamat dini hari, pemirsa! Haha.
Sebelum mulai, gue mau mohon maaf yang sebesar-besarnya karena sudah mangkir dari blog ini sekian lamanya. Halah. Kayak ada yang baca blog lu aja, Ran. Wkwk. Eh, tapi serius deh. Sebenarnya lebih ngerasa bersalah ke diri sendiri, sih. Padahal dulu banget waktu bikin blog itu kan niatnya biar ada media untuk menyalurkan hobi nulis yang suka meluap-luap ini. Nggak ada yang baca nggak masalah, yang penting apa yang mau ditulis sudah tersalurkan. Eh, lama-lama kok ya jadi nggak nulis-nulis. Kayaknya ini tahun paling nggak produktifnya gue, deh. Mohon maaf pada diri sendiri.
Well, sekalinya muncul kok ya topiknya berat banget. Baru liat judulnya aja udah serem nggak, sih? Hahaha maafkan. Entah kenapa sedang ingin menulis tentang ini. Dan memang, beberapa waktu terakhir yang ada di pikiran yaaa tentang ini, sih. Mostly. Walaupun sebenarnya nggak tau juga mau mulai dari mana ini ceritanya.
Hm, bunuh diri. Menurut gue, setiap orang pasti pernah kepikiran satu hal ini. Iya, memang nggak semua orang. But mostly people, seenggaknya sekali seumur hidup deh pernah mikirin. Wait. Sebelum terlanjur jauh, gue nggak akan ngebahas bunuh diri dan kaitannya dengan agama, atau kesehatan, atau apalah. Jujur, gue hanya seorang mahasiswi teknik biasa yang ilmunya belum cukup memadai untuk membahas sampai sejauh itu. Gue juga bukan mau ngejudge tentang suatu peristiwa bunuh diri atau hal lain yang terlibat di dalamnya. Bukan, sungguh bukan itu semua. Kalau kalian yang bersedia baca ini lebih lanjut, silakan menanggalkan segala pikiran negatif maupun prasangka yang sudah terbentuk. Kalau belum siap untuk jadi open minded, disarankan berhenti membaca. Atau kalau tetap mau membaca sampai akhir dan masih nggak bisa juga jadi open minded person, tolong tahan segala pikiran negatif dan prasangka itu untuk dirimu sendiri. Terima kasih. Hehe.
Jadi, post kali ini murni hanya keluh kesah gue yang sering hilang timbul ini. Sebagian, mungkin, berupa pengalaman pribadi juga. "Kenapa sampai bisa kepikiran bunuh diri?" Mungkin itu pertanyaan pertama yang muncul dari seorang yang belum pernah merasakannya. Menurut gue, faktornya bisa banyak banget. Mungkin dari lingkungan, trauma berkepanjangan, stres, depresi, punya gejala mental illness atau hal-hal lainnya. Malahan, lebih sering gabungan dari beberapa hal itu. Jadi kalau misal ditanya kenapa, jawabannya akan panjang banget. Jangan heran juga kalau orang yang ditanya itu nggak bisa menjawab. Kadang, saking rumitnya apa yang dia rasakan dan apa yang dia pikirkan, dia sampai nggak tau cara menjelaskannya. Mungkin dia mengerti tapi dia nggak bisa membuat orang lain mengerti. Yah, sebenarnya nggak menutup kemungkinan juga, dia bahkan nggak mengerti sama sekali apa terjadi pada dirinya. But I know one thing. We don't need more questions. We just need you to be understand.
"Kok lu tiba-tiba pengen bunuh diri? Biasanya juga senang-senang aja."
Nggak, sumpah ini nggak tiba-tiba. Boleh ditanya ke orang-orang yang pernah merasakannya, mostly bakal bilang itu bukan suatu hal yang tiba-tiba. Gue malah belum pernah nemu orang yang nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba pengen mati aja gitu. Kalau memang ada, kasih tau ke gue ya. Pengen kenalan terus ngobrol hehe. Oke, balik lagi. Pemikiran untuk bunuh diri itu biasanya hasil dari struggle sama diri sendiri selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Banyak sekali hal yang dipertimbangkan, dipikirkan, dan dirasakan. Banyak sekali pilihan-pilihan lain yang sudah dicoba satu per satu, mungkin aja semuanya gagal dan berakhir dengan pemikiran bunuh diri itu pun muncul. Malah, dari awal suicidal thoughts itu muncul sampai benar-benar merealisasikannya, itu bisa ada jeda waktu yang lama banget juga. Semua nggak ada yang tiba-tiba. Seriusan ini mah. Just want you to know, we've been struggled with our self for months or years, until we decide to do-that-so-called suicide.
"Cupu lu ah, gitu doang aja pengen mati. Di luar sana banyak yang lebih menderita daripada lu. Bersyukur dikit dong."
Sering kan, nemu komentar yang kayak gitu? Wahai netizen yang budiman, harap berhati-hati jika ingin berkomentar. Entah itu ke orang dekat atau orang nggak dikenal sekalipun. Seriously, your words can kill us. Literally. Komentar yang over judge kayak gitu lah yang justru bikin orang-orang makin pengen bunuh diri. Yang gue tau, setiap orang daya tahan dalam menghadapi masalahnya tuh pasti beda-beda. Tingkat kesulitan masalah yang dialami aja udah pasti beda. Nggak ada yang sama, banyak faktor bisa memengaruhi. Entah itu lingkungannya, pengalaman hidupnya, karakter dan pola pikirnya, atau mungkin mereka juga sembari berjuang bertahan hidup bersama mental illnessnya. Bisa aja, kan? Hidup orang mana kita tau, sih. Bisa jadi orang paling dekat dengan kita pun masih menyimpan banyak rahasia. Jadi tolong, kalau mau komentar mbok ya yang support gitu lho. Bagusan dikit. Atau ya kalau misal nggak bisa support, ya nggak usah ngejudge. Nggak usah ikutan komentar. Kita nggak butuh tambahan alasan buat melakukan bunuh diri. Your stigma to us, will be the worst thing we have to faced, every day. And maybe, it will be the first thing that triggered us to suicide.
"Makanya perbanyak ibadah, dekatkan diri sama Tuhan biar hidup lebih tenang."
Udah, seriusan udah. Kayaknya buat orang-orang yang mengalami suicidal thoughts, ini pasti jadi salah satu cara yang digunakan di awal banget, buat menghilangkan pikiran itu. Tapi balik lagi, sih. Gini ya, mungkin buat banyak orang cara ini berhasil banget. Setelah itu nggak pernah kepikiran buat bunuh diri lagi dan hidup jadi lebih tentram adem ayem. That's great! I'm glad to hear that, really. Tapi buat orang-orang tertentu, cara ini mungkin masih nggak berhasil. Ibadah rajin banget, dekat sama Tuhan iya banget, tapi kepikiran bunuh diri ya tetap aja. Kenapa? Mungkin dia masih ngerasa stres dan depresi. Mungkin masih terbayang-bayang traumanya. Mungkin memang mental illness yang ia alami sudah sampai tahap butuh pertolongan medis? Kita nggak pernah tau. Iya, memang benar memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri pada Tuhan itu hal yang baik, bisa menolong kita dan mengarahkan kita. Iya gue paham, gue setuju. Tapi yang mau gue tekankan di sini adalah, we need your help too. Seperti yang orang bilang, kalau ada orang yang sakit, Tuhan bantu menyembuhkan lewat dokter. Yah, bisa dipakailah perumpamaan itu. Siapa tau nih ya, kalian bisa jadi perantaranya Tuhan dalam menolong kami. Sometimes, we're crying for help. And all we need is support from you guys. And to be loved.
"Coba deh banyakin kegiatan, hobi atau apa kek. Kumpul sama teman-teman, bersenang-senang biar pikiran itu teralihkan."
Hm, ini nih. Cara yang lumayan ampuh sebenarnya, tapi lagi-lagi, nggak berlaku buat semua orang. Memang ada orang-orang yang bisa lupa begitu aja ketika dirinya sibuk. Entah sibuk belajar, ikutan banyak organisasi, ikutan kegiatan sosial, atau apapun itu asal yang positif dan bisa produktif. Tapi terkadang, saat sedang sendiri dan merasa sangat lelah, pikiran tentang bunuh diri itu bisa aja muncul lagi. Dan, memang ada kasus-kasus tertentu yang menyebabkan orang itu nggak bisa beraktivitas sama sekali. Biasanya, kalau udah gini, penyebabnya complicated banget dan salah satunya yaa mungkin mental illness. Karena mental illness bisa juga dipengaruhi dari komposisi zat-zat kimia dalam otak yang berbeda dari orang kebanyakan. Jadi, nggak semudah itu untuk menyuruh produktif dan bersosialisasi karena dari struktur kimia dalam otak aja udah beda. So, jangan langsung menyalahkan mereka yang gabut banget atau tiba-tiba menarik diri dari lingkungan sosialnya. We don't know what they've been through. And maybe it will need a bigger effort to ask them join the community again.
"Makanya kalau ada masalah tuh cerita, biar kita tau dan bisa bantu. Jangan suka mendem."
Well, ini yang paling sering gue denger. HAHA. I'm being sarcasm, sorry. Gini ya, wahai netizen terhormat. Nggak semudah itu buat cerita. Serius. Jangankan mau cerita, buat nentuin cerita ke siapa aja, mikirnya udah kayak nyari rumus buat ngerjain soal UTS ekstraksi steganografi dan watermarking. Susah bener! Mungkin cara ini bisa berhasil bagi mereka yang mudah terbuka, atau memang punya satu-dua orang terdekat yang sangat bisa dipercaya. Jadi lebih gampang dan lebih enak buat curhatnya. Sayangnya, nggak semua orang punya privilege itu. Jadi yaa, buat yang nggak bisa curhat, apa lagi yang bisa dilakukan selain diam? Apalagi, misalnya curhat tentang bunuh diri. Akan mikir berkali-kali sebelum cerita. Balik lagi ke poin yang tadi, sih. Takut dijudge dan takut ada stigma buruk yang menempel kalau keseringan curhat menye-menye yang itu-itu aja. It's hard to trust people, you know? Especially, if we've been left alone in the dark by our trusted person. Halah.
For everyone who have suicidal thoughts or mental illness. You're not alone. Trust me. I've been struggled with those things for years. Like...2238185189 years, maybe haha I never count them again. I beg you, keep fighting and stay strong. You're precious. Don't give up on your life. Your illness isn't your disgrace. You can be friend with it, try to live with it. You can change it to be your strength. Gue bisa bilang kayak gini karena gue juga udah ngerasain. Trauma berkepanjangan, suicidal thoughts, stres, depresi, you named it. And I choose to survive. Walaupun memang nggak akan pernah mudah, dan mungkin nggak tau sampai kapan, tapi harus tetap dicoba. Karena dengan gue tau kalau di luar sana banyak orang yang berhasil sembuh, yang masih terus survive sama semua hal buruk itu, udah cukup buat jadi asupan energi gue buat melewati malam-malam terburuk. Hari-hari yang rasanya "pengen bunuh diri aja" lalu berusaha menyakiti diri sendiri itu, pasti akan terlewati nanti. Masa-masa terburuk memang ada, mungkin banyak, tapi setelahnya semoga kita mengalami yang lebih baik lagi. Jadi, masih mau berjuang bersama, kan? :)
And for everyone who never feel like ours, I pray for your happiness. I hope you don't have to struggle with those things. Anyway, I write this only for sharing with you guys. To open your mind, because out there, still many people crying for help. We have to understand them. They need us. After read this, I hope you're more aware of suicidal thoughts, mental illness, or something like that. Let's do this for a better world, okay? Please. :)
Subhanallah. Panjang banget ternyata. Akhirnya muntah juga ini semua isi kepala wkwkwk. Sebenarnya gue pengen nulis ini udah lama banget. Sejak kasus bunuh diri artis internasional terkenal itu dan lagi banyak-banyaknya tulisan mengenai suicidal thoughts atau mental illness di media sosial. Tapi waktu itu, gue masih nggak tau mau nulis apa dan dari mana mulainya. Sekarang akhirnya terealisasi juga. Terima kasih buat mas-mas yang postnya lewat di timeline line gue hingga gue terpelatuk untuk menulis lagi haha. Ah, lega. Mohon maaf kalau banyak kata yang kurang berkenan di hati. Sebenarnya pasti banyak komentar atau kalimat lain yang mengikuti ungkapan bunuh diri, tapi mungkin dari gue itu aja. Kalau ada yang mau share kalimat lainnya beserta opini, boleh loh di kolom komentar. Buat yang mau bertukar pikiran atau berbagi cerita lebih pribadi, you can reach me by e-mail: rani.nila@ymail.com hehe. Feel free to contact me, ya! I hope we can help each other. So, see you on the next post. Cheers! :)
-ran
-ran
:)
ReplyDeleteThank you for coming :) haha
DeleteIm glad someone has same thoughts
ReplyDeleteI guess there are still many people out there who have the same thoughts. You're not alone. Anyway, thank you for visiting. Have a nice day! :)
Delete