"Education is the lifeblood of museums." - Monica O Montgomery
Selamat pagi!
Iya, buat gue sekarang masih pagi soalnya masih dingin dan masih ada sedikit kabut di sini. Sisa-sisa hujan deras semalam. Bukan, ini bukan di kampus. Kalau kampus gue mah gersang, banyak debu udah kayak gurun pasir. Namanya juga Bandung coret, haha.
Kali ini gue bakal cerita tentang perjalanan singkat sekitar dua minggu yang lalu. Emang dasarnya nggak bisa diem, dikit-dikit pengen main, dikit-dikit pengen liburan. Padahal masuk kuliah baru dua minggu tapi udah mulai nggak betah, udah pengen liburan lagi haha. Ya gimana atuh, pas jatahnya liburan malah di rumah doang. Nggak ke mana-mana dengan alibi nggak ada temen plus jalanan super macet karena semua orang juga lagi pada liburan. Halah.
Entah kenapa, mendadak gue lagi pengen berkunjung ke museum. Dulu waktu masih bocah, minimal sebulan sekali orang tua gue bakal ngajak jalan-jalan ke museum. Iya, masa kecil gue bener-bener diterapkan kalimat "bermain sambil belajar". Dan gara-gara itu sampai sekarang gue jadi senang banget berkunjung ke musem. Buat gue, ada hal-hal yang nggak bisa gue dapetin kalau main ke tempat lain. Jarang-jarang kan ada anak kecil yang hobinya ke musem sama baca ensiklopedia, haha. Dan gue bangga sama masa kecil gue yang bahagia itu. Cuma aja pas udah gede jadi rada bandel dikit haha.
Udah empat tahun gue tinggal di Bandung tapi belum pernah berkunjung ke museumnya, satu pun. Kalau di Jakarta, udah lumayan banyak. Cuma beberapa museum-museum kecil aja yang mungkin belum gue datengin. Jadi, hari Sabtu itu, gue memutuskan untuk berkunjung ke Museum Konferensi Asia Afrika yang ada di dekat Braga dan Museum Geologi yang ada di dekat Gedung Sate. Gue berangkat sekitar pukul 10, karena gue ada kuliah dulu paginya. Iya, Sabtu kuliah, setengah tujuh pagi pula. Huf. Terbaik emang kampus gue ini.
Kalau mau ke Museum KAA, saran gue sih parkir di Masjid Raya atau di sekitaran Braga aja. Dari situ kita bisa jalan kaki karena jaraknya cukup dekat. Bisa sekalian keliling jalan Asia Afrika sama Braga juga, tapi jangan heran kalau siang panasnya amit-amit. Kecuali kalau lagi hujan, mungkin. Nah, untuk masuk ke Museum KAA, kita nggak dipungut biaya alias gratis! Keren, kaaan? Kita cuma perlu ngisi biodata aja di buku tamu yang udah disiapin di bagian resepsionis pas kita masuk. Di sana juga disediakan flyer yang isinya informasi singkat tentang musem serta tentang sejarah Konferensi Asia Afrika. Terus, kalau mau lebih dapet ilmunya lagi, bisa minta tolong buat di-tour-guide-in deh. Dan kita juga malah dilarang buat ngebayar tour guide itu.
Di sana ada apa aja? Banyak! Ada barang-barang yang dulu dipakai saat konferensi yang pertama. Mulai dari satu set sofa dan meja, mesin ketik, kamera, dan lain-lain. Ada dokumentasi foto-foto jaman dulu yang masih hitam putih itu loh, jadi kita bisa lihat suasana konferensi dulu itu seperti apa. Ada infografis juga, dan ada banyak info-info seputar konferensi yang pertama. Nggak ketinggalan info tentang negara-negara yang tergabung di KAA, dari awal hingga sekarang. Ruangan yang pernah dipakai untuk konferensi pertama juga masih terawat dengan baik, dan nggak beda jauh sama yang ada di foto. Asli, keren! Gue sendiri dapet banyak wawasan baru tentang sejarah KAA. Maklum, terakhir belajar sejarah waktu di SMP hehe.
Selesai keliling Museum KAA itu sekitar jam 12, karena masih ada waktu gue langsung berangkat ke Museum Geologi. Sebenernya udah dari dulu banget gue pengen ke sana. Tapi sayangnya, dari kecil gue ke Bandung itu dalam rangka Idul Fitri, jadi nggak pernah sempat karena selalu ada acara kumpul keluarga besar. Akhirnya cita-cita gue sejak lama terkabulkan juga. Yeaay! Hahaha. Cetek abis cita-citanya.
Waktu gue dateng itu, Museum Geologi lagi rame banget sama bocah-bocah yang study tour. Kayaknya ada beberapa sekolah yang study tour barengan, deh. Dan nggak cuma anak SD aja, tapi ada juga siswa SMA nya. Seneng deh masih ada sekolah yang study tournya ke museum. Kan jarang-jarang, soalnya jaman sekarang study tour udah berubah arti jadi jalan-jalan ke luar kota. Hm. Oiya, untuk tiket masuk, karena gue termasuk kategori umum jadi gue cukup membayar tiga ribu rupiah aja. Murah, kan?
Kalau di Museum Geologi, lebih banyak lagi benda-benda yang dipajang. Yaiyalah, namanya juga museum yang menyimpan benda-benda sejarah kehidupan manusia. Di sini, museum terbagi jadi dua lantai. Lalu, penceritaan tentang sejarahnya juga dibagi lagi menjadi beberapa ruangan. Di dalamnya, benda-benda sejarah disusun berdasarkan waktu, dimulai dari ratusan juta tahun yang lalu. Iya, sejarah terbentuknya bumi juga diceritain di sini. Ada banyak infografis yang bisa kita baca, ada ilustrasi, ada fosil-fosil dari jaman dahulu kala, banyak juga contoh batu-batuan dari dalam perut bumi. Selain itu ada beberapa layar interaktif yang tersebar di beberapa bagian ruangan, disitu kita bisa pilih info apa yang mau kita baca lebih lanjut, ada juga penjelasan melalui video.
Yang gue nggak nyangka, di sana ada benda-benda peninggalan dari rumah Mbah Marijan yang terkenal itu. Benda-benda itu dipajang dalam satu ruangan yang salah satunya membahas tentang bencana alam gunung berapi dan gempa. Tapi tetep sih, yang jadi favorit banyak orang terutama anak-anak, ruangan yang isinya fosil-fosil hewan dari jaman prasejarah. Yep, dinosaurus! Berasa lagi masuk ke film Night at Museum jadinya hahaha. Sayangnya nggak terlalu banyak, doain aja gue bisa berkunjung ke museum yang ada di film itu. Aamiin! Tuh, cita-cita gue naik tingkat.
Setelah puas keliling, akhirnya gue memutuskan untuk pulang juga. Soalnya waktu itu udah jam setengah dua siang, sedangkan museumnya tutup jam dua. Well, selain menambah banyak wawasan baru, yang gue suka dari dua museum itu adalah bangunannya yang bergaya lama. Bangunan jaman dulu banget, keren juga kalau buat foto-foto hahaha.
Kenapa gue masih suka ke museum padahal gue udah sebesar ini sekarang? Sedikit banyak udah gue jelasin di awal tadi. Museum itu bisa nambah banyak wawasan dan pelajaran baru. Yang bikin gue sedih, di Indonesia itu minat warganya untuk berkunjung ke museum rendah banget. Mereka lebih senang pergi ke mall atau tempat-tempat hiburan yang meriah. Sampai-sampai waktu itu masuk berita, kalau salah satu museum di daerah sangat nggak terawat dan nyaris ditutup karena nggak ada pengunjungnya. Padahal, di benua eropa atau amerika sana, museum-museumnya selalu ramai pengunjung.
Masih suka bertanya-tanya kenapa negara kita masih aja jadi negara berkembang dan rasanya seperti tertinggal ratusan tahun dari negara lain? Nah, mungkin kebiasaan berkunjung ke museum itu jadi salah satu pembeda kita dengan orang-orang sana. Berkunjung ke museum itu banyak manfaatnya dan murah juga. Kalau bukan kita yang melestarikan budaya dan sejarah sendiri, siapa lagi? Yuk, kita ke museum! :)
Boleh loh, share tentang perjalanan ke museum atau rekomendasi museum yang keren. Siapa tau gue belum pernah ke sana hehe. Sudah ke museum kah kalian bulan ini? :D
-ran
-ran
"Museums are good things, places to look and absorb and learn." - Alan King
Comments
Post a Comment